Toru
Nov 6, 2020

--

Salah Kostum

Tulisan yang menggelembung di udara perlahan akan menguap jika kata-katanya tak segera ditangkap. Disekap dalam sangkar menunggu punggungnya tergores hingga meninggalkan luka sebadan-badan. Apalagi yang tersisa jika bukan penyesalan? Maksud hati mengganti ucapan dengan tulisan tapi hanya berakhir menjadi guyonan. Menertawakan diri sendiri atas malu yang dibawa semenjak kecil. Malu selalu menjadi anak kecil. Yang mungkin tidak berani untuk meminta bundanya membelikan balon. Yang masih saja takut untuk berangkat ke sekolah sendiri. Tulisanmu masih mengambang di udara, kapan akan kau tangkap? Jika tidak segera, ia akan mencari tuan yang lainnya, bercumbu, lalu bersenggama hingga melahirkan sejarah. Menyisakan engkau yang hanya mempunyai angka-angka. Sederet angkat atas tagihan kartu kreditmu. Dan cicilan atas iphone barumu. Aku masih ingat ketika namamu tenar dan mampu mengeja angka-angka agar datang kepadamu. Mengurutkan albummu yang kesembilan, single rilisan yang kedelapan, dan pencapaian-pencapaian lain hidupmu yang hanya membebani angka-angka turut berbaris rapi di belakangnya. Tapi waktumu sudah lama meninggalkanmu. Menguap bersama tulisan. Mengambil tiket promo ke eropa dan menetap di sana menikmati fasilitas beasiswa. Sebelum akhirnya dikarantina karena corona. Kau masih dalam isolasi mandirimu di rumah. Menanti kantor pos mengirimkan passion-mu dalam selembar kartu pos bergambar jembatan san fransisco yang tak pernah kau terima. Karena memang kau tak pernah diundang. Kau yang tak pernah bilang. Bisa jadi kalau kamu bilang bahwa kamu ingin berangkat, panitia tidak akan lupa untuk mengundangmu. Memberikan info dresscode apa yang harus kamu pakai supaya kau tidak salah kostum. Tapi sayangnya kau tak pernah bilang. Tak pernah. Sekalipun kamu tak pernah bilang.

--

--

Toru

laut yang cemas berlindung pada ombak yang ganas